BANYUWANGI - Untuk mengatasi kurangnya kuota pupuk subsidi dari pemerintah pusat, Pemkab Banyuwangi menerapkan pertanian presisi. Salah satunya dengan layanan uji tanah untuk pemupukan tepat dosis berbasis Internet of Things (IoT) yang bisa dimanfaatkan oleh petani setempat.
Layanan uji kwalitas tanah tersebut menggunakan alat uji tanah yaitu Jinawi, yang merupakan sistem pintar rekomendasi pemupukan berbasis IoT. Dengan alat ini mampu melihat kwalitas unsur hara makro di dalam tanah secara cepat dan real time. Seperti unsur Nitrogen (N), fosfor (P), Kalium (K), serta pH tanah.
Bupati Banyuwangi Ipuk Fiestandani mengatakan alat ini bisa dimanfaatkan petani untuk mengetahui berapa jumlah pupuk yang dibutuhkan. "Dengan uji tanah ini petani bisa mengetahui kebutuhan pupuk secara tepat sesuai kebutuhan, sehingga pupuk yang digunakan tidak berlebihan. Dengan demikian kuota pupuk subsidi bisa digunakan secara optimal, " kata Ipuk, Jumat (1/3/2024).
Ipuk sempat mencoba langsung alat Jinawi pada lahan padi milik kelompok tani Tangkai Rotan, Desa Wringin Agung, Kecamatan Gambiran saat kegiatan Bunga Desa (Bupati ngantor di desa) di desa setempat pada Rabu 28 Februari 2024.
Dengan mengetahui kualitas tanah, sehingga bisa ditentukan rekomendasi pemupukan sesuai (presisi). Dengan tahu berapa pupuk yang dibutuhkan, harapannya produktivitas tanaman dapat ditingkatkan. "Silakan petani memanfaatkan layanan uji lahan ini sehingga tahu berapa kebutuhan pupuk yang dibutuhkan. Agar tidak membeli pupuk berlebihan, cukup sesuai kebutuhan, " tambahnya.
Sementara Kadis Pertanian dan Pangan Kabupaten Banyuwangi, Arief Setiawan, layanan ini bisa diakses petani. "Layanan ini tidak dipungut biaya. Petani cukup datang ke kantor Balai Penyuluh Pertanian (BPP) untuk mengajukan layanan. Nanti kita yang datang ke sana sesuai jadwal, " kata Arief.
Cara penggunaan alat uji tanah ini dengan ditancapkan ke tanah. Setelah itu muncul hasil analisa kondisi tanah serta rekomendasi pupuk utama yang diperlukan. "Dengan alat ini pupuk yang diberikan bisa lebih presisi, sesuai dosis. Jadi beli pupuknya sesuai kebutuhan saja, rekomendasi dari Jinawi, " kata Arief.
Arief menambahkan, layanan ini adalah upaya untuk menjaga kualitas tanah. Berdasarkan data dinas pertanian, rata-rata kesuburan tanah di Banyuwangi mulai menurun dengan kadar karbon organik berada di bawah 2 persen. Salah satunya disebabkan penggunaan pupuk kimia yang berlebihan dalam waktu lama.
"Kami juga terus mendorong petani mulai beralih ke pertanian organik. Selain lebih ramah lingkungan, produk hasil pertanian organik memiliki daya jual tinggi, " ujarnya.
Mendukung pertanian organik, Pemkab Banyuwangi telah melakukan berbagai program. Di antaranya menggelar pelatihan pembuatan pupuk organik, agen hayati, demplot pertanian organik, hingga memberikan bantuan pupuk organik cair kepada petani. "Hingga saat ini pupuk organik cair yang kita bagikan mencapai 466.636 liter. Jumlah ini bisa mengcover lahan seluas 83.524 ha, " pungkas Arief. (***)